Friday, January 3, 2014

Berkat Sapi, Pino tak Perlu Beli Gas

Digester balon dihubungkan dengan paralon.
Oyos Saroso H.N./teraslampung.com


LAMPUNG TIMUR—Keuletan dan kecerdikan. Itulah yang dimiliki Pino sehingga sejak beberapa tahun terakhir kelurganya bisa memasak dengan kompor gas rakitannya sendiri. Gas sebagai sumber api pun tidak perlu Pino beli. Dua sapi yang selama ini dipeliharanya sudah cukup membantu Pino untuk menghasilkan gas yang berlebih.

Menurut Pino, untuk memenuhi kebutuhan biogas per rumah diperlukan sedikitnya kotoran dari dua ekor sapi. Kotoran dari dua ekor sapi tersebut dapat dibuat menjadi biogas yang mampu digunakan memasak selama dua jam. Selain kotoran sapi, kotoran kambing pun dapat diubah menjadi biogas.

“Tapi kotoran kambing mengandung sedikit metana. Mengubah kotoran kambing menjadi biogas membutuhkan waktu yang lebih lama karena kotorannya sulit hancur,” kata Pino.

Menurut Pino cara membuat biogas dengan bahan baku kotoran sapi sangat mudah. Pertama, menghancurkan kotoran sapi hingga menjadi cairan. Pada tahap ini, kotoran sapi harus diaduk hingga merata. Ampas kotoran dari rumput-rumputan yang belum halus oleh proses pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor.Setelah cair dan merata, kotoran sapi itu dimasukkkan ke dalam bak penampung atau reactor. Perlu waktu 4-5 hari di bak penampungan agar kotoran sapi itu menghasilkan gas metana.

Kedua, gas metana yang dihasilkan kemudian dialirkan melalui paralon ke kantong plastik. Besarnya kantung plastic tergantung pada kapasitas bak penampung. Bak penampung berukuran 1,5 x 2 meter bisa ditampung di kantung plastic dengan kapasitas 500 liter. Jika sudah berisi gas metana, kantong plastic yang semula kempes akan menjadi menggelembung.

Ketiga, kantong plastik yang berisi gas metana itu dihubungkan dengan selang plastic ke kompor. Jika kapasitas gas metana berlebih, gas itu bisa disalurkan ke banyak kompor. Artinya, pemilik sebuah pengolahan biogas bisa juga membagi hasilnya kepada para tetangganya.

Salah satu hal terpenting dalam membuat biogas adalah memilih digester. Ada 3 tipe digester biogas yang dikembangkan selama ini, yaitu fixed dome plant yang dikembangkan di China, floating drum plant yang lebih banyak dipakai di India dengan varian plastik cover biogas plant, dan plug-flow plant atau balloon plant (digester balon) yang banyak di buat di Taiwan, Etiopia, Kolumbia, Vietnam dan Kamboja.

Bagian-bagian pokok digester biogas adalah: (1) bak penampung kotoran ternak, (2) digester, (3) bak slurry, (4) penampung gas,(5) pipa gas keluar,(6) pipa keluar slurry, (7) pipa masuk kotoran ternak.

Di Indonesia, kebanyakan petani di perdesaan membuat digester berbentuk ballon plant (digester balon) karena cara pembuatannya yang relative lebih mudah dan biayanya lebih murah. Konstruksi digester balon  lebih sederhana, yaitu terbuat dari plastik yang pada ujung-ujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas.

Keuntungan digester balon adalah  biayanya murah, mudah diangkut, konstruksinya sederhana, mudah pemeliharaan dan pengoperasiannya. Kelemahannya, digester balon relatif tidak awet atau mudah rusak. Jika kurang hati-hati, balon plastic berisi gas metana akan digerogoti tikus sehingga gas akan bocor.

No comments:

Post a Comment