Mas Alina Arifin/Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG—Harga biji kopi robusta pada 2014 diprediksi akan naik. Itu karena Vietnam yang selama ini menjadi pesaing kopi di pasar kopi robusta dunia, beberapa waktu lalu diserang Topan Haiyan.
“Produksi kopi mereka hancur. Sementara itu produksi komoditas ini diperkirakan mengalami penurunan dibawah 50 persen dibandingkan tahun lalu. Cuaca ekstrem menjadi salah satu faktor penyebabnya,” kata Sunyoto,petani kopi di Way Tenong, Lampung Barat, Kamis (2/1/2014).
Menurut Sunyoto, tahun ini diperkirakan harga kopi robusta lebih bagus lagi dibandingkan tahun 2013. Meski begitu, kata Sunyoto, hingga Januari 2014, harga kopi masih rendah dan fluktuatif.
“Pada November 2013 masih berada di kisaran Rp 16.000 /kg di tingkat basis (pedagang besar), sedang di tingkat pedagang pengumpul harga di kisaran Rp 15.000/kg. Namun sekarang harga sudah membaik mencapai Rp18.000 sampai Rp19.700/kg,” kata dia.
Sementara itu, stok kopi di tingkat petani tinggal sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, petani mengandalkan tanaman selang kopi dikebun.
“Stok kopi sekarang di petani tinggal sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kedepan kami mengandalkan tanaman selang yang ada di kebun, alhamdullilah bisa menghasilkan 25 kg sampai 50 kg” jelas Sunyoto.
Namun demikian, ada juga beberapa daerah di dataran rendah yang masih memiliki stok kopi yang cukup banyak diantaranya di daerah Ranau, Bukit Kemuning, dan Palembang.
Meski harga kopi robusta diprediksi akan naik, namun tidak demikian halnya dengan produksi kopi. Diprediksi tahun 2014 ini akan mengalami penurunan yang cukup berarti karena curah hujan yang tinggi.
“Kopi lokal nonkelompok tani tahun lalu produksinya bisa mencapai 1,5 ton /hektare sekarang dalam satu hektare hanya sekitar 5 kwintal saja.Untuk mencapai 50 persen produksi tahun ini dibandingkan tahun lalu saja susah mencapainya. Cuaca yang tidak menentu salah satu factor penyebabnya,” ujar Sunyoto.
Menurut Sunyoto curah hujan yang cukup tinggi, petani kopi mengalami kesulitan mengeringkan kopi mereka.
“Di Liwa, Lampung Barat, hujan terus. Petani sulit menjemur kopi. Setengah hari panas, tapi dari siang sampai sore bahkan malam hujan terus,” kata Sunyoto.
No comments:
Post a Comment