Sunday, January 5, 2014

Hore! Harga Gas Elpiji 12 Kg Batal Naik!


Oyos Saroso H.N.



(Lampu netral pelan-pelan berubah redup).

Adegan 1:

Pertamina menaikkan harga gas elpiji isi 12 kg. Naiknya keterlaluan dan terkesan tiba-tiba. Rakyat resah. Partai yang sedang berkuasa protes. Partai lain ikut-ikutan protes. Ada menteri sok pahlawan dan siap jadi tameng. Presiden berkicau di Twitter dan membuat status di Facebook: menyayangkan Pertamina menaikkan harga gas tanpa koordinasi. Presiden bisa memahami protes dan keresahan rakyat. (Puluhan ribu rakyat mencak-mencak. Presiden diomelin).

Adegan 2:

Presiden memerintahkan Wapres untuk berkoordinasi dengan para menteri dan Dirut Pertamina. Presiden minta secepatnya ada laporan kenapa harga gas naik dan bagaimana cara mengatasinya.

Adegan 3:

Presiden memimpin rapat kabinet. Presiden mengumumkan kenaikan harga elpiji 12 kg ditunda. Harga elpiji selanjutkanya tergantung pada kinerja PT Pertamina. Kalau kinerja PT Pertamina amburadul dan Pertamina tekor, maka rakyat yang harus menanggung bebannya.

Adegan 4:

Rakyat bersorak: Horeeee! Hidup Pak Presiden! Hidup Pak Presiden!

Adegan 5: (Beberapa penonton tiba-tiba merangsek ke atas panggung.Mereka  langsung merangsek para tokoh, terutama tokoh Presiden).

Penonton 1: Pak Presiden! Anda jangan pura-pura tidak tahu ya kalau gas 12 kg akan naik! Bukankah Pertamina sudah lama woro-woro bahwa mereka tekor? Bukankah Menteri Anda ikut rapat rencana menaikkan harga gas dan menyetujuinya?

Tokoh Presiden: (Cuma ndomblong alias melongo alias bengong).

Penonton 2: Sudahlah Pak Presiden! Jangan pencitraan melulu! Kami sudah paham, yang bikin skenario ini memang ingin ada pahlawan! Bubar! Bubar! Semua penonton saya minta bubar!

(Lampu Black Out).

Esok harinya semua media massa menulis judul berita: “Kenaikan Harga Gas Elpiji 12 Kg Mungkin Ditunda”

1 comment:

  1. sinetron, yang sudah ketahuan ujung ceritanya, tidak ada yang baru, dan sungguh tidak kreatif. Hal ini menunjukkan bhw pemerintahan ini sudah kehabisan akal utk menaikkan elektabilitasnya. sungguh memalukan. fi'il dan perangai sejenis ini sungguh mengiris rasa keadilan publik. Nyesel saya bayar pajak, bukankahKOLOR mereka dan segala peralatan mewah yang dikenakannya adalah perasan dari pajak rakyat?

    ReplyDelete