Menanam benih lokal menjadi salah satu acara Ruwatan Benih di Bogor, Rabu (22/11). |
BOGOR, teraslampung.com--Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) sukses menggelar acara Ruwatan Benih, di Bogor, 20—22 November 2013. Kegiatan yang digagas untuk mendukung petani Indonesia agar memanfaatkan benih lokal itu diisi dengan workshop perbenihan bekerjasama dengan IPB, pertemuan tahunan AB2TI, ‘Pameran Benih’, ‘Wiwit Benih;, dan dialog kebijakan perbenihan dengan Dirjen Tanaman Pangan dan Staf Khusus Presiden Bidang Pangan.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa mengatakan acara yang melibatkan 187 petani perwakilan dari 42 Kabupatenni di Indonesia itu digagas sebagai bentuk penghargaan kepada petani sekaligus upaya penggalangan dukungan publik akan pentingnya benih bagi petani.
“Ruwatan benih sebagai sebuah tradisi memuliakan benih. Sebagai bentuk penghormatan sekaligus pengukuhan benih menjadi bagian penting kehidupan petani. Benih dan petani adalah senyawa tak terpisahkan. Tak ada petani tanpa benih, pun demikian tak akan lestari benih tanpa campur tanganpetani. Para petani terus menjaga keberadaan benih melalui sistem sosial budayanya” kata Dwi.
Menurut Dewi para petani Indonesia sudah ribuan tahun sudah petani mengelola benih dengan kearifannya. Setidaknya sejak 1960anpetani telah mengembangkan 1,9 juta jenis/varietas tanaman. Untuk tanaman pangan,petani memuliakan 5.000 tanaman pangan dan menjadi penyumbang terbesar pada bankbenih dunia.
Dwi menambahkan dengan keragaman benih itulah maka muncul keragaman pangan. Di Indonesia masih banyak jumpai pangan yang beraneka ragam tiap daerah di seluruh penjuru negeri. Hal ini bisa mungkin karena adanya keragaman bahan pangan yang didukung keragaman benih yang dikelola petani. Keanekaragaman pangan sangat penting bagi negara berkembang seperti Indonesia.
“Namun sayang situasi ini mendapat ancaman dari sistem pangan yang berkembang saat ini.Dalam sistem pangan global yang berkembang justru terjadi simplikasi dan reduksi. Hanya pangan yang menguntungkan yang dipelihara dan diolah menjadi pangan. Perlahan tapipasti jenis pangan semakin terbatas dan terpusat pada industri,” kata dia.
Menurut catatan ETC Group, hingga tahun 2009, industri benih hanya mengelola dan meniagakan benih tanaman pangan sebanyak 150 jenis saja. Namun demikian kuasa atas pasarnya cukup tinggi. Saat ini industri telah menguasai sekurangnya 90% pasar benih dunia. Sementara di Indonesia, industri menguasai lebih dari 60%.
Pentingnya peran pengelolaan benih oleh petani tak hanya mendapat ancaman dari penguasaan dan peredarnya benih industri namun juga lemahnya perlindungan dan dukungan dari pemerintah dan publik. Hingga saat ini kebijakan yang ada hanyamenyisakan ruang yang sempit bagi tumbuhnya inisiatif keragaman benih dan pangan, ujar Said Abdullah, sekjen AB2TI.
Mbah Gatot Surono, petani dari Purbalingga, Jawa Tengah, mengatakan hingga saat ini petani pemulia dan penangkar benih masih dipandang sebelah mata. Petani dianggap tidak mampu memproduksi, menjaga dan melestarikan benih secara baik.
“Pemerintah sepertinya setengah hati memberikan dukungan pada petani. “pemerintah seharusnya mendukung upaya kami, bukan melemahkan dengan memberikan program bantuan benih yang mutunya tak terjamin dan bukan dari petani yang sudah cocok diwilayah setempat” ujarnya.
AB2TI mencatat, saat ini dari data koleksi Bank Benih AB2TI, para petani memiliki kemampuan yang luar biasa. Hingga tahun 2013, AB2TI telah berhasil mencatat sebanyak 125 jenis benih padi dan lebih dari 10 jenis benih jagung yang dimiliki dan dikelola petani.
Penulis: Dewi Angela
No comments:
Post a Comment