BANDARLAMPUNG—Bagaimana rasanya naik gajah? Jangan ajukan pertanyaan ini kepada mereka yang bernyali kecil. Namun, tak salah kalau pertanyaan ini diajukan kepada seorang penyair. Setidaknya penyair dari Bali: Wayan Sunarta.
Jengki siap naik gajah. |
Wayan Sunarta alias Jengki adalah salah seorang penyair yang pernah naik gajah. Bukan gajah sumatera yang ada di Bali, tapi gajah Sumatera yang disewa Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. untuk mengisi kebun binatang andalannya: Taman Bumi Kedaton, Bandarlampung.
Sebenarnya saat berkunjung ke Taman Bumi Kedaton, beberapa tahun lalu, bukan cuma Jengki yang ‘berprofesi' penyair. Ada juga Ahmadun Yosi Herfanda, Isbedy Stiawan ZS, Ahmad Syubanuddin Alwy, Endang Supriyadi, dan Bambang Widiyatmoko. Namun, di antara penyair itu hanya Jengki yang paling ngotot ingin naik gajah.
Sebenarnya saat berkunjung ke Taman Bumi Kedaton, beberapa tahun lalu, bukan cuma Jengki yang ‘berprofesi' penyair. Ada juga Ahmadun Yosi Herfanda, Isbedy Stiawan ZS, Ahmad Syubanuddin Alwy, Endang Supriyadi, dan Bambang Widiyatmoko. Namun, di antara penyair itu hanya Jengki yang paling ngotot ingin naik gajah.
Biar dunia bahwa penyair berani naik gajah! Nanti saya akan bilang ‘yang belum pernah naik gajah belum layak disebut penyair!’” teriak Jengki.
Tentu, Jengki hanya bercanda. Kalau ada penyair Binhad Nurohmat, mungkin nyalinya untuk naik gajah lebih besar disbanding Jengki. Wajar saja, soalnya Binhad yang asli Lampung Timur itu sudah lama mengenal gajah. Kampung masa kecil Binhad jaraknya tak jauh dari Way Kambas. Hutan Way Kambas merupakan salah satu kawasan habitat gajah Sumatera.
Hingga kini para pecinta lingkungan memang masih getol memprotes eksploitasi gajah, termasuk memprotes ketika gajah disuruh atraksi joget dangdut, main bola, dan jadi bahan tunggangan berbayar. Namun, di Taman Nasional Way Kambas, gajah-gajah jinak yang sudah ‘lulus sekolah’ sampai hari ini masih sering atraksi di depan pengunjung.
Tentu saja, atraksi itu tidak gratis. Pengunjung yang ingin naik gajah harus membayar. Pengunjung tak perlu khawatir, sebab seorang pawang akan memandu bagaimana caranya naik dan turun dari punggung gajah. Sang pawang juga akan turut serta nangkring di atas punggung gajah.
Istri dan dua anak saya pun pernah naik gajah di Taman Wisata Way Kambas. Awalnya, mereka teriak-teriak karena ketakutan. Namun, setelah sang gajah berputar satu putaran mengelilingi lapangan mini, istri dan anak-anak saya tampak senang.
Meski sama-sama bertubuh besar, , naik gajah lebih menantang dan ‘eksotis’ dibanding naik kerbau. Kalau Anda tidak percaya, bisa tanya kepada kawan saya Wayan Sunarta…
No comments:
Post a Comment