PALEMBANG - Pasangan Prabowo-Hatta dinilai lebih mampu menciptakan manusia Indonesia yang unggul. Sebab ideologi pendidikan yang diusung Prabowo-Hatta lebih jelas. Ini tercermin dalam visi dan misinya. Yakni Pancasila.
“Reformasi pendidikan yang dicitakan Prabowo-Hatta sejalan dengan rencana program pembangunan lainnya berdasarkan Pancasila. Hal ini mencakup pula revolusi mental seperti yang disampaikan Bung Karno di masa lalu,” kata Hilmin Syihabuddin, politisi dari Partai Demokrat, Kamis (12/06/2014).
Menurut Hilmin, jika dibandingkan dengan revolusi mental yang diusung pasangan Jokowi-JK, reformasi pendidikan jelas lebih baik. “Kenapa? Karena awal dan akhir dari pendidikan berideologykan Pancasila yakni terwujudnya manusia yang ber-Ketuhan-an,” kata Hilmin.
“Percuma kita memiliki sumber daya manusia yang cerdas, berperilaku baik, gotong-royong, berprestasi, tapi tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa,” Hilmin menambahkan.
Bagaimana manusia yang mengakui adanya Tuhan tapi berperilaku buruk? “Itu artinya dia belum paham sepenuhnya soal ke-Tuhan-an. Sebab kalau dia menyakini adanya Tuhan, maka dia akan cerdas, berperilaku baik, bergotong-royong. Dalam ideologi Pancasila, manusia yang mengakui
Tuhan namun belum menjadi manusia yang sempurna, jauh lebih baik dibandingkan manusia yang secara duniawi sempurna tetapi tidak mengakui Tuhan,” kata Hilmi.
“Pancasila itu merupakan ideologi yang membawa keselamatan bangsa Indonesia, baik di dunia maupun di akhirat,” tegas Hilmin lagi.
Mengenai kondisi bangsa dan negara Indonesia yang terpuruk pada saat ini, jelas Hilmin, buan berarti Pancasila gagal, melainkan kita belum mampu mewujudkan nilai-nilai yang tercermin pada Pancasila. “Kita belum mampu bersikap tegas, yang bukan berarti memusuhi, terhadap
nilai-nilai dari ideologi lain, yang secara prinsip menggerogoti nilai-nilai Pancasila,” kata Hilmi.
“Makanya diperlukan reformasi pendidikan berazaskan Pancasila, yang tujuannya menciptakan manusia yang unggul, selamat di dunia dan di akhirat,” kata politisi yang juga akademikus di sebuah perguruan tinggi di Palembang itu.
No comments:
Post a Comment