Mas Alina Arifin/Teraslampung.com
Gunung Anak Krakatu yang sedang 'batuk' dilihat dari kapal di perairan Krakataau (Foto Dok Teras) |
BANDARLAMPUNG—Jika Anda hobi wisata alam, tak lengkap rasanya jika tidak menyempatkan diri mengunjungi Gunung Anak Krakatau. Gunung eksotis yang menyembul di tengah-tengah laut Selat Sunda (antara Lampung-Banten) itu menawarkan keindahan alam yang sangat eksotis.
Gunung yang pernah meletus tahun 1883 ini, sekarang memiliki dua puncak yaitu Rakata Besar (813 meter di atas permukaan laut/dpl) dan Anak Krakatau (280 mdpl). Kedua gunung itu baru muncul pada tahun 1927-1928, setelah tiga kawah Gunung Krakatau hancur akibat meletus tahun 1883. Kedua gunung kembar itu setiap hari tingginya bertambah lima centi meter.
Selain dari Pantai Carita, Banten, yang biasanya lewat paket wisata berbiaya mahal, Anda yang menyukai tantangan dan ingin mengirit ongkos, ada baiknya mengunjungi Gunung Anak Krakatau melalui Lampung.
Selain tempat wisata pendukung lebih lengkap—antara lain Pantai Laguna Helau, Pantai Pasir Putih, Kalianda Resort, Desa Wisata Canti, Pantai Marina, Pantai Wartawan—mengunjungi Gunung Anak Krakatau lewat Lampung lebih menantang. Anda juga bisa berpeluang besar untuk menyaksikan semburan api di malam hari dari puncak Krakatau.
Rute untuk mencapai Anak Krakatau sangat mudah, yakni lewat Desa Canti, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Dari Jakarta Anda menuju Merak, Banten. Lalu, dari Pelabuhan Merak Anda bisa naik kapal very (roll on roll off) menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Lama penyeberangan Merak-Bakauheni kira-kira 2-3 jam. Jika ingin cepat, Anda bisa naik kapal cepat dengan waktu tempuh 45 menit. Cuma, kalau naik kapal cepat kita tak bisa membawa mobil karena ukuran kapalnya yang kecil.
Dari Bakauheni Anda bisa langsung ke Desa Canti, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Canti merupakan pelabuhan nelayan yang terdekat dengan Krakatau. Jarak Bakauheni-Canti sekitar 40 atau 25 km dari Kalianda
Sedangkan jika datang dari utara, terutama dari Bandarlampung, dapat menggunakan bus reguler trayek Terminal Induk Rajabasa (Bandar Lampung)-Kalianda (Lampung Selatan). Tarif angkutan umum (bus) di lintas itu berkisar Rp 8.000-Rp 15.000, tergantung jenis busnya.
Udin Khaerudin, 49, seorang pemilik speedboad di Desa Canti, mengaku pada hari-hari biasa arus wisatawan yang menyeberang menuju Gunung Anak Krakatau sepi.
“Tapi kalau ke Pulau Sebesi lumayan ramai karena di sana ada tempat penginapan. Biasanya para wisatawan memang lebih memilih menginap Pulau Sebesi karena bisa menikmati indahnya semburan api Gunung Anak Krakatau di malam hari,” kata Udin Khaerudin.
Menurut Khaerudin, para pemilik kapal speedboad seperti dirinya selama ini menerapkan sistem cateran untuk mengelilingi obyek wisata itu. Sekali jalan untuk pulang pergi sebesar Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu. “Itu termasuk murah. Maksimal speedboad bisa mengangkut 20 orang,” kata Khaerudin.
Dengan kapasitas 20 orang sebuah speedboad menempuh waktu perjalanan dari Canti ke Gunung Anak Krakatau dan Pulau Sebesi sekitar tiga jam.
Waktu tempuh ke lokasi Gunung Anak Krakatau naik speedboat berkapasitas 20 orang, sekitar tiga jam. Perjalanan agak santai dan melewati gelombang laut Selat Sunda yang tidak membahayakan. Cuma, di dekat lokasi Gunung Anak Krakatau gelombang laut setinggi satu sampai dua meter.
Gunung Anak Krakatau tampak dari kejauhan (Foto: Lampung Review/Oyos Saroso HN) |
Di Desa Canti terdapat pelabuhan penyeberangan yang dibangun secara swadaya oleh warga setempat. Di pelabuhan yang tampak alami itu terdapat sejumlah speed boat yang siap melayani para wisatawan menuju Gunung Anak Krakatau atau ke Pulau Sebesi.
No comments:
Post a Comment